Memahami Neurosains Ditengah Pandemi - Ngaji Galileo Part 4
Jika Descartes terkenal dengan ungkapannya cogito ergo sum atau "aku berpikir maka aku ada", maka filsuf dari Lombok ini menyatakan "saya mengklik maka saya ada".
Begitulah narasumber malam kemaren menyampaikan kegelisahannya mengenai masa depan AI terletak pada ilmu neurosains dalam bingkai pandemi Covid 19. Memang tidak dipungkiri bahwa sekarang umat manusia berada pada ruang prakondisi, di mana perubahan-perubahan besar akan terjadi.
Secara sederhana, kebiasaan ngopi dengan tatap muka telah berganti dengan ngopi digital. Dan, terlepas dari itu semua, esensi ngopi bukan hanya kopinya, tapi isinya yang ngopi. Dimensi intelektual harus tetap jalan. Pemikiran akan klausul hakiki mesti terjaga.
Kemudian, amigdala di tengah pandemi ini bisa berakibat pada gangungan somatisasi, yang tentunya dapat membuat orang sakit. Ujar kang Mastur dengan serius. Sekadar info amigdala merupakan jaringan saraf yang berbentuk almond yang terletak di temporal (sisi) lobus otak.
Sampai disitu, kemudian audiens mulai memahami bagaimana pentingnya ilmu psikologi dan sains bersanding untuk memecahkan suatu masalah. Minimal, masalah keterbatasan untuk bertemu langsung kini terganti dengan silaturrahim digital, sehingga physical distancing benar-benar dijalankan.
Di situ lah Ngaji Galileo ini menjadi sarana bagi sahabat-sahabat PMII untuk tetap berada pada jalur pikir yang positif dan progresif. Seperti yang di amanahkan bagi setiap kader, yaitu kritis tranformatif. Jangan kaget jika diskusi setiap malam ini akan menelurkan kebijakan baru bagi dunia baru. Bukan begitu Kang Mastur Sonsaka?!
Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Tharieq
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Host : Mubin, Wahid, Bambang
Narahubung : @fauzing04
Comments
Post a Comment